Kampus Merdeka - Potensi Besar, Namun Butuh Kesiapan Matang!

Informasi - 09 September 2024 - 12:00 AM

Program Kampus Merdeka yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2020. Tujuan program ini ialah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi serta relevansi kemampuan lulusan perguruan tinggi untuk terjun ke dunia industri. Program Kampus Merdeka terdiri dari 9, yaitu magang bersertifikat, studi independent, kampus mengajar, Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA), pertukaran mahasiswa Merdeka, membangun desa (KKN tematik), proyek kemanuasiaan, riset atau penelitian dan wirausaha. Harapannya dari kegiatan ini dapat menciptakan konsep pendidikan yang lebih fleksibel dan adaptif terhadap kebutuhan industri. Namun pada implementasinya, pontensi besar ini masih menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan persiapan yang matang dari berbagai pihak, contohnya kesiapan dosen, industri, mahasiswa dan juga kesiapan infrastruktur. Pertama kompetensi dosen perlu dipersiapkan khususnya dalam pembelajaran berbasis SCL seperti project based learning dan case based. Ini menjadi tantangan sendiri karena keberhasilan program ini sangat bergantung pada kualitas pembimbingan dan pengajaran dari dosen di perguruan tinggi sebagai bekal mahasiswa. Dosen tidak lagi hanya bertugas mengajar di dalam kelas, tetapi juga harus mampu memberikan bimbingan dalam kegiatan magang, penelitian, atau proyek independen mahasiswa. Tidak semua dosen memiliki kemampuan atau kesiapan untuk menjalankan peran ini. Kedua kesiapan industri, salah satu pilar penting Kampus Merdeka adalah kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri. Sayangnya, banyak perguruan tinggi di Indonesia yang belum memiliki hubungan yang kuat dengan perusahaan-perusahaan besar maupun startup yang siap menjadi mitra. Industri sering kali masih enggan berkolaborasi dengan perguruan tinggi, terutama jika mereka belum melihat adanya keuntungan nyata dari kerjasama ini. Akibatnya, banyak program magang atau proyek lapangan yang belum bisa diimplementasikan secara efektif. Dibutuhkan komunikasi yang lebih intensif antara pemerintah, kampus dan pelaku industri untuk menciptakan sinergi yang nyata. Ketiga kesiapan mahasiswa, meskipun program Kampus Merdeka menawarkan berbagai manfaat, tidak semua mahasiswa siap memanfaatkannya dengan baik. Program ini menuntut kemandirian dan kemampuan manajemen diri yang tinggi. Mahasiswa dituntut untuk bisa merencanakan jalur pendidikan mereka sendiri, memilih kegiatan di luar kampus, dan mempertanggungjawabkan keputusan mereka. Namun, tidak semua mahasiswa memiliki kesiapan mental untuk menghadapi kebebasan yang ditawarkan. Beberapa mahasiswa masih terbiasa dengan model pembelajaran tradisional yang lebih terstruktur dan terarah. Tanpa bimbingan yang memadai, ada risiko bahwa kebebasan ini justru membuat mahasiswa kesulitan menentukan arah dan tujuan pendidikan mereka. Perlu diadakan kegiatan sosialisasi akademik untuk memastikan kesiapan seluruh pemangku kepentingan dalam menjalankan program MBKM secara efektif. Salah satu tujuan utama sosialisasi akademik adalah untuk memastikan bahwa konsep MBKM dipahami secara komprehensif oleh seluruh pihak, terutama mahasiswa dan dosen. Meskipun program ini menawarkan berbagai kebebasan dan kesempatan, sering kali mahasiswa belum sepenuhnya memahami bagaimana memanfaatkan peluang ini dengan baik. Dengan sosialisasi yang tepat, mahasiswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai program MBKM, seperti magang, pertukaran pelajar, riset, proyek kemanusiaan, dan kewirausahaan. Tanpa pemahaman yang baik, kebebasan yang ditawarkan oleh MBKM justru bisa menjadi bumerang, membuat mahasiswa bingung memilih jalur yang tepat untuk karir dan pengembangan diri mereka. Selain itu, sosialisasi akademik juga membantu mahasiswa memahami tujuan dari program MBKM, yaitu untuk mengembangkan keterampilan kritis, problem-solving, dan soft skills yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Dengan pemahaman ini, mahasiswa dapat lebih siap memanfaatkan peluang yang ada dengan strategi yang matang. Program kampus Merdeka bisa diakui sebagai SKS mata kuliah sebesar 20 SKS, tetapi mahasiswa harus mampu menyesuaikan kegiatan yang diikuti dengan capaian matakuliah yang akan dikonversi. Ada mahasiswa yang melakukan MBKM tetapi tidak bisa konversi penuh 20 SKS dikarenakan kegiatan yang diikuti tidak sesuai dengan capaian matakuliah. Tantangannya adalah mata kuliah di program studi harus disesuaikan dengan scope kerja di dunia industri yang mana merupakan kesiapan dari perguruan tinggi dan program studi untuk menyusun kurikulum yang fleksibel disesuaikan dengan relevansi dunia industri saat ini. Perguruan tinggi di Indonesia selama ini terbiasa dengan struktur kurikulum yang kaku, di mana mata kuliah telah dirancang sesuai dengan jalur program studi yang ketat. Untuk memberikan kebebasan kepada mahasiswa mengambil mata kuliah lintas jurusan atau mengikuti magang, perguruan tinggi harus merombak kurikulum secara menyeluruh. Sayangnya, perubahan kurikulum tidak semudah membalikkan telapak tangan. Lalu, tidak semua perguruan tinggi di Indonesia memiliki infrastruktur yang memadai untuk menjalankan program ini. Baik dalam hal sistem administrasi maupun dalam penyediaan kurikulum yang adaptif. Sebagian kampus masih terjebak dalam birokrasi yang kaku sehingga sulit mengimplementasikan sistem pembelajaran yang fleksibel dan lintas bidang. Dibutuhkan percepatan dalam pembaruan infrastruktur kampus, termasuk digitalisasi yang menyeluruh. Program Kampus Merdeka menawarkan berbagai peluang untuk mentransformasi pendidikan tinggi di Indonesia, tetapi masih sulit dilakukan secara optimal di banyak perguruan tinggi. Tantangan berupa kesiapan kurikulum, keterbatasan sumber daya, kesenjangan dengan dunia industri, serta mentalitas mahasiswa, semuanya membutuhkan perhatian dan solusi konkret. Jika hambatan-hambatan ini tidak segera diatasi, dikhawatirkan kebijakan ini hanya akan menjadi konsep yang ambisius tanpa realisasi yang efektif. Potensi besar dari tujuan Kampus Merdeka ini adalah tantangan bagi berbagai pihak. Namun, tanpa kesiapan yang matang dari berbagai pihak, program ini dikhawatirkan akan menjadi ambisi yang gagal terealisasi dengan optimal. Penting bagi pemerintah, perguruan tinggi dan dunia industri untuk bekerja sama lebih erat dalam menyiapkan infrastruktur, kurikulum, dan sumber daya manusia yang mendukung kesuksesan program ini. Kesiapan yang matang adalah kunci agar potensi besar Kampus Merdeka dapat tercapai dengan maksimal.

 

Oleh : Amalia Rizqi Utami, S.T., M.T.

Peserta LATSAR CPNS LAN RI Angkatan II