Webinar Series #3 : Dua Sisi Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia

Webinar - 29 November 2020 - 12:00 AM

Balikpapan - Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi Kalimantan (ITK) mengadakan Webinar Series 3 pada Selasa (24/11) melalui via daring dengan menggunakan Zoom serta Live YouTube . Adapun tema yang diangkat ini berkaitan dengan energi baru dan terbarukan yang ada di Indonesia dari dua sisi yang berbeda.

Menurut narasumber, Hendra Suryana Putra (Instrument Engineer PT. Rekayasa Industri dan Founder Indenergia), menjelaskan bahwa Perioda industri merupakan hal yang penting dalam sejarah hidup manusia, awalnya manusia menemukan api sekitar 800.000 tahun lalu, dan menggunakannya sekitar 300.000 tahun lalu. Dampaknya manusia menjadi berevolusi, otak manusia tumbuh lebih besar dan pencernaan menjadi lebih pendek.

Kemudian periode “Ice Age” terjadi sekitar 11.700 tahun lalu. Dampaknya bumi menjadi tempat yang sempurna untuk bercocok tanam, sehingga manusia merubah gaya hidupnya menjadi hunter-gatherer dan hidup berkelompok serta menetap (farmer) sekitar 10.000 tahun lalu, dan menemukan banyak teknologi. Hingga pada tahun 1698 manusia menemukan steam engine.

Akan tetapi dampak dari steam engine tersebut menyebabkan kenaikan Carbon Dioksida (CO2) setiap tahunnya, kenaikan Carbon Dioksida menyebabkan efek rumah kaca sehingga temperatur bumi menjadi semakin panas.

Energy Sources
Akibat dampak yang ditimbulkan oleh steam engine tersebut perlu mempelajari mengenai Renewable Energy. Bapak Hendra menjelaskan bahwa, penerapan Renewable Energy cukup banyak. Beberapa diantaranya ada yang berasal dari Matahari yaitu, Solar Radiation (Direct dan diffused), kemudian Hydraulic Energy, Wind, Biomass, Gelombang laut dan ombak. Sumber Renewable Energy lainnya yaitu, Geothermal Energy, Pasang (Gaya grafitasi antara bumi dan bulan). “Practically Unlimited” Sources yaitu, Self breeding nuclear fission, Nuclear fusion - bahan bakar bintang dan universe. Sedangkan Non-Renewable Sources yaitu, Fossil fuel (Coal, Oil and Gas), Thermal Nuclear fission.

Solusi
TSO (Transmisssion System Operator) harus siap dengan upgrade peralatan dan pengetahuan, mempermudah regulasi Tie-in antara RES Plant dengan jaringan, Dispatching Priority untuk RES Plant yaitu energi harus diserap oeh jaringan kapan saja. Meenrapkan Intensif langsung diantaranya, FIT (Feed-in Tarrif) adalah Insentif yang dibayar oleh regulator kepada RES Plant sesuai dengan jumlah energy yang diekspor ke jaringan, FIT (Feed-in Premium), CO2 Tax untuk Fossil Fuel Plant, Quota Obligation melalui Green Certificate, adalah sertifikat yang harus dimiliki oleh Fossil Fuel Plant sesuai dengan kapasitas pembangkit terpasang. Terdapat juga kebijakan yang mempengaruhi LCOE (standar untuk mengetahui perbandingan harga unit pembangkit listrik yang menggunakan teknoogi berbeda) diantaranya Local Content Requirement (LCR) bertujuan untuk membatasi foreign product yang memiliki harga rendah, termasuk material dan service dari product yang dibatasi, Import Duty dan Taxes (Import Duty, VAT, Income Tax) bisa membuka jalan Indonesia untuk membeli foreign product yang murah. Saat ini, VAT 10%, Income Tax 2.5%, Menarik minat financial institution, Bunga yang kecil untuk funding RES Project di Bank Lokal, Memasukan pemasangan PLTS dalam mortgage, Penyederhanaan Perijinan membangun pabrik PV panel, wind turbine, dan battery dalam negeri.

Penulis : Retno Debbi Yulisya dan Zafira Azyati (Journalism and Website Division Staff - Humas Elektro ITK 2020)
 

Video Terkait :